Monday, October 6, 2008

Imam Bukhari Tak Sekedar Periwat Hadits

Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abdillah bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Ia dilahhirkan pada malam Jum’at 13 Syawal 194 H / 810 M di Bukhara, sebuah kota di Uzbeskistan,bekas wilayah Uni Soviet.

Ayahnya, Ismail bin Ibrahim seorang ulama hadits ternama pada masanya. Ia belajar hadits ternama pada masanya. Ia belajar hadits dari Hammad bin Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya ditulis Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqat. Demikian juga dengan Imam Bukhari, menulis riwayat hidup ayahnya dalam kitab at-Tarikh al Kabir. Ayahnya seorang alim, wara’ dan taqwa. Bahkan menjelang wafat, ia sempat menjelaskan hartanya tidak terdapat uang haram atau syubhat sedikit pun.

Sejak kecil, Imam Bukhari telah mencurahkan perhatiannya untuk mempelajari hadits dan ilmu hadits. Pada usia 10 tahun, ia sudah banyak menghapal hadits. Bukhari dikenal rajin, tekun dan juga sangat cerdas. Tidak mengherankan, sebelum usia 16 tahun ia berhasil menghapal dua kitab hadits secara utuh karya Imam Ibnu al-Mubarak dan kitab Imam Waki’.

Bukhari juga tidak hanya menghapalkan mantan hadits dan kitab-kitab ulama terdahulu, namun juga mengenal secara rinci biografi para perawi hadits, lengkap data tanggal lahir, tahun wafat dan tempat lahir mereka.

Tahun 210 H, saat genap berusia 16 tahun, Bukhari bersama ibu dan saudaranya pergi ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji. Selain untuk menunaikan ibadah haji, Bukhari juga menetap di Hijaz, Makkah selama enam tahun. Di kedua kota suci itulah Imam Bukhari menulis sebagian karyanya dan menyusun dasar-dasar al-Jami’ ash-Shahih.

Ia menulis at-Tarikh al-Kabir di sisi makam Rasullah saw dan sering menulis pada malam hari di bawah terang bulan. Ia menulis tiga kitab, at-Tarikh al-Shagir (yang kecil), al-Awsath (yang sedang) dan al-Kabir (yang besar). Ketiga buku ini menunjukkan kemampuan yang luar bisa mengenal Rijal al-Hadits.

Selain singgah ke Makkah dan Madinah, Bukhari juga berkunjung ke Maru, Naisabur, Ra’y, Bagdad, Basrah, Kufah, Mesir, Damaskus dan Asqalan. Dari kota dan negeri Islam ini, Bukhari tercatat pernah meriwatkan hadits dari ulama penghapal hadits , diantaranya Makki bin Ibrahim al-Balakhi, Abd bin Usman al-Mawarzi, Abdullah bin Musa al-Qassi, Abu Ashim al-Syaibani, Muhammad bin Abdullah al-Anshari, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Abu Nuaim al-Fadhl bin Dikkin, Ali bin al-Madani, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Main Ismail bin Idris al-Madani, Ibnu Rahawaih dan lain-lain.

Ada hal menarik ketika di Bagdad. Bukhari pernah diuji 10 pakar ilmu hadits. Dari 10 ulama ini, setiap orang membacakan sepuluh hadits kepada Bukhari. Para penguji mengganti atau membalik isnad dan matan hadist serta menempatkan secara acak. Satu persatu dari 10 ulama hadits yang telah mereka persiapkan. Imam Bukhari dengan sangat tenang memaparkan, mengurutkan hadits-hadits yang diacak pada susunan yang semestinya.

Karena kemampuan dan kecerdasannya, tidak sedikit Bukhari mendapat pujian dari ulama, rekan, maupun generasi sesudahnya. Imam Abu hatim al-Razi misalnya, berkata, ”Khurasan belum pernah melahirkan seorang yang melebihinya Bukhari. Di Irak pun tidak ada yang melebihi Bukhari. Di Irak pun tidak ada yang melebihi darinya”. Demikian juga dengan Imam Muslim pernah mencium diantara kedua mata Imam bukhari.

Termasuk generasi sesudah Imam Bukhari, Ibnu Hajar al-Asqalani pernah berujar, ” Seandainya pintu pujian dan sanjungan masih terbuka bagi generasi sesudahnya, niscaya kertas dan kapas akan habis. Karena ia (Imam Bukhari) bagaikan laut yang berpantai.”

Imam Ibnu Ishaq bin Rawahaih, salah seorang guru Bukhari mengatakan, ” Seandainya Imam Bukhari hidup pada masa al-Hasan, pasti akan banyak orang yang membutukannya dalam ilmu hadits serta mengetahui kealiman dan kefaqihannya.

Imam Abu Nu’aim dan Ahmad bin Hammad berkata, ”Imam Bukhari adalah orang yang paling faqih dari umat ini.”

Melihat kepakaran Imam Bukhari dari kegigihannya mendalami hadits, sederet nama besar pakar hadits pernah ia kunjungi untuk belajar.”Aku menulis hadits dari 1080 guru, yang semuanya adalah ahli hadits yang berpendirian bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan,” kenang Bukhari.

Di antara guru itu adalah Ali bin al-Madani, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Main, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Maki bin Ibrahim al-Balkhi, Abdullah bin Musa al-Abbasi, Abu Asim al-Syaibani, Muhammad bin Abduallah al-Anshari, Muhammad bin Yusuf al-Baykandi dan Ibnu Rahawaih. Jumlah guru yang haditsnya diriwatkan dalam kitab sahihnya sebanyak 289 guru. Hal ini dapat kita peroleh dan jumlah guru beliau yang riwayatnya terdapat dalam Shahih Bukhari, (Muhammad Abu Syuhbah:314-315).

Selain memiliki sekian banyak guru, Imam Bukhari juga meninggalkan sederet murid yang juga pakar di bidang hadits. Di antara murid-muridnya, yang paling terkenal adalah Imam Muslim bin Hajjaj, Imam Tirmidzi, Imam Abu Zur’ah, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Abu Dawud, Imam al-Nasa’i, Imam Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Ibrahim bin Mi’yal al-Nasafi, Hammad bin Syakir al-Nasawi dan Mansur bin Muhammad al-Bazdawi.
Imam Bukhari tak sekedar pakar dalam bidang hadits tapi juga seorang yang pakar di bidang fiqih, sejarah dan dalam cabang ilmu keislaman lainnya. Termasuk yang jarang diungkapkan, Imam Bukhari termasuk pemanah ulung. Pada sebuah riwayat, Imam Bukhari sepanjang hidupnya hanya dua kali mata panahnya meleset dari sasaran.

Pakar hadits kharismatik ini wafat pada Sabtu malam 1 Syawal 256 H pada usia 62 tahun 13 hari di Khartank, sebuah kampung dekat kota Samarkand. Sebelum wafat, Imam Bukhari berpesan agar jenazahnya dikafani tiga helai kain, tanpa baju dan sorban. Jenazahnya dimakamkan setelah shalat Zhuhur, bertepatan dengan perayaan kemenangan kaum muslimin di Idul Fitri.

Karya-karya Imam Bukhari
Sebagai salah seorang ulama yang produktif menulis, Imam Bukhari telah menyumbangkan sejumlah karya kepada umat Islam. Di antaranya:
• At-Tarikh ash-Shagir.
• At-Tarikh al-Awsath.
• Adh-Dhu’afa.
• Kitab al-Kuna.
• Al-Adab al-Mufrad
• Al-Jami’ ash-Shahih ( yang kemudian dikenal dengan Shahih Bukhari).
• Raf’u al-Yadain fi ash-Shalat.
• Khair al-Kalam fi al-Qiraat Khalfa al-Imam
• Al-Asyribah
• Birr al-Walidain
• Khalq Af’al al-Ibad
• Al-Ilal fi al-hadits
• Al-Musnad al-Kabir
• Al-Wihdan
• Al-Mabsuth
• Al-Hibah
• Al-Fawaid
• Qadhaya ash-Sahabah wa-at-Tabi’in.


Edisi 7 Th.I / 25 Ramadhan 1429 H / 25 September 2008.
Azhar Suhaimi

0 comments:

Post a Comment

 

Design by Amanda @ Blogger Buster