Friday, May 16, 2008

Kita Tak Peduli, Mereka Memburunya II

Para orientalis juga amat gigih dalam "menjaga" manuskrip Islam.Dr.Mikhail menyeru kepada semua pakar agar memperhatikan kelestarian manuskrip,termasuk para pakar kimia.Mereka bisa memberi sumbangan tentang cara menjaga manuskrip agar tetap lestari.

Orientalis asal Rusia ini juga mengatakan,banyak pihak memiliki pehatian khusus terhadap manuskrip,tapi mereka gagal menjaga manuskrip dari kerusakan,pencurian dan jangkauan tangan-tangan mafia.Bagaimana ribuan manuskrip Islam itu bisa pindah ke tangan Rusia? Sayangnya,Mikhail tidak menjelaskan.

Walau para orientalis itu akrab dengan manuskrip,belum tentu mereka jujur dan benar dalam meyampaikan sebuah informasi yang diambil dari manuskrip tersebut. Dr. Musthafa as Siba'i dalam bukunya berjudul as Sunnah wa Makanatuha fi al Islam (Sunnah dan kedukan dalam Islam) menjelaskan beberapa contoh tentang usaha para orientalis untuk meyerang bangunan keilmuan Islam.Salah satu di anataranya,usaha seorang orientalis yang bernama Yousef Chekt.Orientalis yang satu ini mencoba menjatuhkan kredibilitas Ibnu Al Mubarak,dengan menyebutkan bahwa Imam Muslim men-jarh(mencela) beliau dalam muqadimah Shahih Muslim.Padahal justru sebaliknya,Imam Muslim men-tsiqahkan beliau. Tulisan Imam Muslim yang berbunyi "tsiqqah" diganti "bayyinah".

Hal yang sama dilakukan oleh Goldzier,yang mengatakan bahwa seorang periwat Hadist yang bernama Ziyad bin Abdullah Al Bukai sebagai seorang pendusta menurut Al Waqi'.Akibatnya Hadist yang diriwayatkan beliau tertolak.Padahal sebaliknya dalam Tarikh AL Kabir,milik Imam Bukhari,Al Waqi' mengatakan,"Dia(Ziyad) jauh dari perbuatan dusta".

Walhasil,jika kaum orientalis dengan gigih mengkaji karya para ulama kita,mestinya kita lebih gigih dari mereka.Kalau kita tak peduli dan membiarkan Barat menguasainya,bagaimana kita bisa mentransfer peradaban Islam terdahulu ke zaman kini? dan kalau mereka memberikan sebuah informasi yang dinisbatkan kepada karya seorang ulama,padahal informasinya itu tidak benar,bagaimana kita bisa menunjukan bukti,jika tulisan tangan para ulama berada di tangan mereka? Wallahu'alam bi as shawab.



Sumber : Majalah Hidatullah Edisi 12/XX/April 2008

Kitab-Kitab Tafsir al-Qur'an III

Kitab Tafsir Kontemporer

1. Kitab Tafsir al-Manar, karya Muhammad Rasyid Ridha (1282-1345 H)
Menjelang dewasa, Muhammad Rasyid bin Ali bin Muhammad Syamsudin hijrah dari tanah kelahirannya, Tripoli ke Mesir untuk berguru pada Muhammad Abduh, tokoh pergerakan di Mesir. Dengan tekun ia mengikuti pengajian tafsir Muhammad Abduh di Universitas al-Azhar, Mesir. Selama itu, ia mempublikasikan pelajaran tafsir yang ia dapatkan di majalah al-Manar, sebuah majalah yang menjadi corong pemikiran dan dakwah Muhammad Abduh.Sepeninggal sang guru, debut dakwah Rashid Ridha terus berjalan dengan lahirnya kitab tafsir al-Manar. Dalam penulisannya, tafsir al-Manar memiliki uslub yang fasih. Ia juga menafsirkan al-Quran dengan bahasa yang jelas dan mudah dicerna. Rashid juga menghindari riwayat Israilliyat (riwayat yang tidak jelas) terutama berkenaan dengan kisah para Nabi dan umat terdahulu.Bermula dari awal al-Qur'an, Rasyid Ridha memulai tafsirnya hingga surat Yusuf:101. Sayang sang ajal keburu menjemput Rasyid Ridha,ia tak sempat menyempurnakan tafsirnya hingga 30 juz. Selanjutnya penulisannya ini dituntaskan oleh Bahjat al-Baithar. Meski demikian kitab tafsir al-Manar tetap memakai nama Rasyid Ridha. Ia dicetak dalam bentuk 12 jilid besar.

2. Kitab Tafsir Fi Zilal al-Quran, karya Sayyid Quthb (1326-1386 H)
Awal penulisan kitab ini ketika majalah Muslimun di Mesir memintanya menulis.Cikal bakal tafsir Fi Zilal al-Qur'an itu diterbitkan secara berkala oleh pihak majalah di Kairo. Namun baru mencapai 16 juz, pemilik nama lengkap Sayyid Quthb Ibrahim Hasan Syadzuli ini keburu mendekam di penjara rezim pemerintahan kala itu.
Selama dalam penjara, semangat dakwah Quthb yang lahir di Mesir pada Oktober 1906 ini makin bergelora. Ia merasa menyatu dengan apa yang ia tulis dalam tafsirnya itu. Dalam muqaddimah kitabnya, Sayyid Quthb menulis, bahwasannya tidak ada kebaikan di muka bumi, tiada kesenangan dan ketenangan bagi manusia, tiada keberkahan,tiada kesucian, tiada keseimbangan antara Sunnah kauniyah dengan fitrah kehidupan kecuali satu. Hanya kembali kepada ajaran dan tuntunan Allah Ta'ala.Lulusan Universitas Dar al-Ulum tahun 1933 dengan gelar License (Lc) di bidang sastra ini menorehkan ilmunya dengan menafsirkan al-Quran dalam gaya bahasa indah. Tutur kata yang puitis, susunan kata yang apik membauat kitab ini sangat mudah dinikmati pemabaca. Dar as-Syuruq, mencetak kitab tafsir Fi Zilal al-Qur'an ini dalam enam jilid.

Sumber : Majalah Hidayatullah Edisi II/XX Maret 2008

Kitab-Kitab Tafsir al-Qur'an II

3. Kitab Tafsir karya Ibnu Katsir (705-774 H)Murid Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah ini memiliki nama lengkapnya Imaduddin Abu al-Fida Ismail bin Amru bin Katsir. Karyanya telah tersebar ke berbagai bahasa dunia.Lazimnya para ulama, Ibnu Katsir adalah seorang muarrikh (ahli sejarah), faqih (ahli fikih), muhaddits dan mufassir.Dalam tafsirnya, Ibu Katsir memanjakan pembacanya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.Ibnu Katsir juga mengambil pendapat para sahabat dalam menjelaskan penafsiran ayat. Tak sekedar itu, namun ia menjelaskan pendapat yang rajih (kuat) di antara beberapa pendapat tersebut. Hukum-hukum fikih diterangkan secara detil. Oleh penerbit Dar at-Thayyibah,Riyadh kitab tafsir Ibnu Katsir dicetak dalam delapan jilid.

4. Kitab Tafsir Fathu al-Qadir, karya Imam as-Syaukani (1173-1250 H).
Sejak kecil, Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah bin as-Syaukani telah dididik oleh beberapa orang guru. Pada usia muda as-Syaukani telah terampil dan menguasai beberapa cabang ilmu, seperti ilmu tafsir, Hadist, fikih, ushul fikih, dan sejarah.Berbeda dengan tafsir lain, as-Syaukani berhasil menggabungkan dua metodelogi penulisan tafsir dalam Fathu al-Qadir. Yakni antara tafsir bi al-ma'tsur (berdasarkan riwayat Hadits dan atsar sahabat) dan tafsir bi ar-ra'yi dengan akal dan ijtihad.Di antara ulama besar yang menjadi sandaran as-Syaukani adalah an-Nuhas, Ibnu Athiyah, at-Thabari, al-Qurthubi, dan Imam as-Suyuti. Seleuruh ulama tersebut adalah para pakar dibidang ilmu tafsir.Kitab Fathu al-Qodir dicetak dalam tampilan standar. Bentuk kitabnya tidak terlalu besar dan juga tidak teramat tipis. Oleh penerbit Dar al-Hadist, Kairo, kitab Fathu al-Qadir dicetak dalam bentuk lima jilid.


Sumber : Majalah Hidayatullah Edisi II/XX Maret 2008

Thursday, May 8, 2008

Kitab-Kitab Tafsir al-Qur'an Lokal II

3. An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddqi

Tafsir an-Nur adalah tafsir karangan Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddiqi, seorang ulama asal Aceh. Ia menulis tafsirnya sejak tahun 1952 hinggatahun 1961 di sela-sela kesibukannya mengajar, menjadi dekan fakultas Syariah IAIN dan menjadi anggota konstituente dari partai Masyumi.

Latar belakang penulisan tafsir ini, karena ia melihat banyak umat Islam Indonesia yang mulai tertarik untuk mendalami ajaran Islam, termasuk tafsir al-Qur'an. Tapi sayang , kebanyakan di antara mereka tidak menguasai bahasa Arab, padahal kitab-kitab tafsir umumnya berbahasa Arab.

Sistem penulisan tafsir ini pertama-tama menyajikan pengantar umum bagi setiap surat. Dengan menghubungkan hal-hal yang menghubunngkan sebuah surat dengan surat sebelumnya. Kemudian menyebutkan satu , dua, atau tiga ayat al-Qur'an yang mengandung satu pembahasan. Kemudian ayat tersebut diterjemahkan maknanya dengan cara yang mudah dipahami. Setelah itu barulah Hasbi menafsirkan inti dari ayat-ayat tersebut.Selanjutnya ia menyebutkan ayat-ayat lain yang mengandung pembahasan yang sama. Terakhir untuk lebih memudahkan memahami maksud ayat-ayat itu ia menyebutkan asbabun-nuzulnya.

Dalam menulis tafsirnya, Hasbi merujuk kepada kitab-kitab tafsir induk, terutama: tafsir Ibnu Katsir, tafsir al-Mannar, tafsir al-Qasimy, tafsir al-Maraghy,dan tafsir al-Wadlih. Sementara dalam menerjemahkan ayat ke dalam bahasa Indonesia ia berpedoman pada tafsir Abu Su'ud, tafsir Shiddieq Hasan Khan dan tafsir al-Qasimy. Materi tafsir yang terdapat dalam An-nur, Hasbi sarikan dari tafsir-tafsir mu'tabar, terutama dari tafsir al-Maraghy. Sementara dalam menerangkan ayat-ayat yang sedang ditafsirkan Hasbi berpedoman pada tafsir Ibnu Katsir, karena Ibnu Katsir banyak menafsirkan ayat dengan ayat.Tahun 1995 tafsir an-Nur diterbitkan oleh Pustka Rizki Putra Semarang dalam lima jilid.

4. Al-Misbah karya Quraish Shihab

Tafsir al-Misbah adalah karya Quraish Shihab, seorang Doktor Tafsir lulusan Al-Azhar, Mesir. Tafsir ini mulai ditulis pada tanggal 04 Rabi'ul Awwal tahun 1420 H, bertepatan dengan tanggal 18 Juni tahun 1999. Maka dibanding dengan tiga tafsir sebelumnya, al-Misbach adalah tafsir terkini. Saat itu Quraish sedang bermukim di Mesir sebagai Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Somalia dan Jibuti.

Tafsir al-misbach terdiri dari 15 volume, setiap volumenya terdiri dari beberapa surat. Dalam pengantarnya tafsirnya, Quraish menjelaskan mengenai makna dan pentingnya tafsir bagi seorang Muslim. Ia juga menjelaskan bahwa tafsir yang ia tulis tidak sepenuhnya hasil ijtihad dirinya. Akan tetapi merupakan saduran dari beberapa tafsir terdahulu, seperti tafsir Tanthawi, tafsir Mutawali' Sya'rawi, tafsir fi dzilalil qur'an, tafsir Ibnu 'Asyur, dan tafsir Thabathaba'i. Namun menurut Quraish,tafsir yang paling berpenagruh dan banyak dirujuk dalam al-Misbach adalah tafsir Ibrahim Ibn 'Umar al-Biqa'i, seorang mufasir asal Lebanon yang meninggal pada tahun 1480 M. Tafsir inilah yang menjadi bahan disertasinya ketika ia menyelesaikan Doktornya
di Al-Azhar.

Dalam menulis tafsirnya,Quraish memberikan pengantarnya lebih dahulu pada awal setiap surat yang berisi tujuan dan tema pokok surat tersebut.Karena menurutnya jika seseorang sudah mampu memahami tema pokok sebuah surat, maka secara umum ia dapat memahami pesan utama setiap surat.

Kemudian ia membagi surat kepada beberapa kelompok ayat. Al-Fatihah umpamanya ia bagi menjadi kedua kelompok ayat,kelompok pertama ayat 1-4 sedangkan kelompok kedua ayat 5-7, pembagian ayat itu didasarkan kepada adanya keterkaitan antar ayat.

Tafsir al-Misbach mendapat respon yang bagus dari masyarakat. Bulan September 2007 tafsir ini mengalami delapan kali cetak ulang.

Sumber : Majalah Hidayatullah Edisi I /XXI / MEI 2008

Kitab-Kitab Tafsir al-Qur'an Lokal I

Selama ini tafsir al-Qur'an yang dikenal umat Islam Indonesia adalah kitab tafsir karangan ulama luar.Sebut misalnya kitab tafsir Ibnu Katsir, kitab tafsir at-Thabari, kitab tafsir al-Mannar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, dan tafsir fi dzilalil qur'an tulisan Sayyid Qutb. Semuanya berbahasa arab.

Indonesia sebetulnya memiliki kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh ulama nusantara, dengan memakai bahasa Indoensia diantaranya adalah :

1. Al-Furqan karya Ahmad Hasan

A.Hasan salah seorang tokoh pembaharu Islam di awal abad ke-20,menulis tafsir yang diberi nama tafsir al-Furqan.Tokoh Persis ini menulis tafsirnya dari tahun1920 hingga 1950. Beberapa juz yang telah selesai ditafsirkan lalu diterbitkan pertama kali tahun 1928. Atas desakan anggota Persis, ia kembali menerbitkan tafsirnya tahun 1941, tidak lengkap 30 juz hanya sampai surat Maryam. Barulah pada tahun 1956 tafsir al-Furqan diterbitkan lengkap dari juz pertama sampai juz 30.

Dalam menyusun tafsirnya, A.Hasan memulai dengan menuliskan pendahuluan yang terdiri dari 34 pasal. Di dalamnya dijelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan al-Qur'an dan tafsirnya. Di antaranya ia menjelaskan mengenai beberapa istilah dalam bidang
tafsir.

Metode tafsir yang dipakai A.Hasan adalah mula-mula ia menrjemahkan ayat-ayat al-Qur'an dengan menggunakan metode harfiah,yaitu penerjemahan kata demi kata. Kecuali terhadap beberapa kata yang tidak memungkinkan untuk diterjemahkan dengan metodeini , maka ia menggunakan metode maknawiyah. Selanjutnya ia memberikan kesimpulan bahasan setiap akahir surat.

Tahun 2006, tafsir al-Furqan kembali diterbitkan oleh Pustaka Mantiq bekerjasama dengan Universitas al-Azhar dalam satu jilid.

2. Al-Azhar karya Hamka

Tahun 1958 Hamka mengadakan pengajian ba'da shubuh di mesjid al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta. Materi yang disampaikan dalam pengajian itu adalah tafsir dari ayat-ayat al-Qur'an. Ia memulainya dengan membahas tafsir surat al-Kahfi. Kemudian sejak tahun 1962 - 1964 materi yang disampaikan Hamka di pengajian itu ditulis secara rutin di majalah Gema Islam. Lalu pada tahun 1966 terbitlah untuk pertama kalinya tafsir al-Azhar,walaupun lengkap 30 juz. Baru pada tahun 1981, Hamka menerbitkan tafsirnya secara lengkap 30 juz.

Dalam pengantarnya tafsirnya, Hamka menjelaskan bahwa tafsirnya dinamakan al-Azhar karena ia berasal dari materi pengajian shubuh di Masjid al-Azhar. Yang menarik, proses penulisan tafsirnya ini sebagian diselesaikan di dalam penjara, saat ia dibui oleh rezim Orde Lama.

Penerima gelar Ustadziyah Fakriyah (Doktor Honoris Causa) dari Universitas al-Azhar, Mesir ini menjelaskan bahwa mazhab penafsiran yang ia pakai adalah mazhab salafi, yaitu mazhab Rasullah dan sahabat-sahabatnya serta ulama-ulama mengikuti jejak mereka. Sebagai pedoman bagi para pembaca, ia menyebut sumber-sumber yang ia rujuk dalam menafsirkan sebuah ayat. Sumber-sumber itu antara lain :tafsir at-Thabari, tafsir fi dzilalil qur'an, karya-karya berbahasa Melayu, juga koleksi dan syarah kitab Hadist dan karya-karya standar dalam fiqih maupun tasawuf.

Tafsir al-Azhar telah mengalami cetak ulang berkali-kali. Juga pernah diterbitkan di Singapura dan beredar di Malaysia, Brunei hingga Thailand. Bahkan sebuah sumber mengatakan bahwa tafsir ini sudah dibaca orang dari mulai Mesir hingga London.

Wednesday, May 7, 2008

Perpustakaan Digital Kitab-Kitab Berbahasa Arab

Perpustakaan yang kita sering lihat adalah kumpulan banyak buku yang tertata rapi dengan berbagai macam tema. Seperti kalau kita berkunjung ke Perpustakaan Nasioanal Jakarta., disana banyak sekali buku yang tertata rapi di rak-rak buku.Bukan itu saja,tapi juga tersimpan berbagai dokumen dari mikro-film, majalah, jurnal dan lain sebagainya.

Sayapun pernah mengenal seorang Mu’alim Betawi yan sangat alim yakni Almarhum K.H. Muhammad Syafe’i Hazami yang memiliki l4 (empat belas) lebih lemari. Hampir seluruh lemarinya berisi kitab-kitab kuning berbahasa Arab, khususnya kitab-kitab mengenai keislaman seperti Tafsir al-Quran, Fiqih, Ushul-Fiqih, Hadist dan lain sebagainya. Kitab-kitab tersebut Mu’alim kumpulkan sejak beliau remaja ketika belajar dengan guru-guru seputar Jakarta hingga belajar dengan Habib Ali Alatas , Bungur.

Perpustakaan seperti yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional maupun Perpustakaan milik Mu’alim Syafe’i Hazami perlu perawatan yang khusus. Agar buku-buku tidak mudah rusak. Karena buku-buku yang telah lama tersimpan dilemari itu mudah rusak karena dimakan rayap, udaranya lembab dan lain sebagainya.

Saya sendiri punya pengalaman , kitab “Syiyarus Shalihin” yang saya beli 21 (dua puluh satu) tahun lalu itu sudah rusak. Seperti kertasnya yang sudah pada berlobang karena dimakan rayap, juga ada halamannya yang hilang karena lepas dari penjilidnya.

Itulah sisi kelemahan dari perpustakaan konvesional, perlu perawatan extra untuk merawat semua buku-buku tersebut. Berlainan dengan Perpustakaan digital , tak perlu tempat buku ,tak ada tambahan biaya perawatan kusus. Hanya dengan sekeping DVD mampu menyimpan dua puluh ribu buku, alangkah mudahnya bukan.

Pada saat ini untuk memiliki ribuan buku ataupun kitab-kitab kuning tak perlu repot lagi, karena sudah banyak website di dunia maya membagikannya secara gratis (lihat juga : http://muh-ali.blogspot.com/2008/02/mendownload-kitab-kitab-berbahasa-arab.html).
Dan kalau anda tak mau repot-repot bisa membelinya, saya pada beberapa waktu lalu menyempatkan diri pergi ke sebuah agen buku-buku Islam di Kwitang Jakarata. Disana saya melihat buku yang berjudul “Panduan Al-Maktabah As-Syamilah”, yang isinya ada sebuah DVD. Setelah membaca sebentar ternyata buku tersebut adalah buku panduan pengoperasian Perpustakan Digital, yang isinya terdapat 5505 kitab dari berbagai disiplin ilmu. Mulai dari Tafsir al-Quran, Hadist, Syarah Hadist, Fiqih, Ushul-Fiqih, Tarikh dan lain sebagainya, dan kalau ditotal jumlah bukunya semua ada sekitar dua puluh ribu jilid.

Bagi anda yang mau memiliki juga bisa menghubungi, di UD Saudara di belakang toko Gunung Agung Kwitang, Jakarta. Saya membelinya seharga Rp 22.000. Atau bagi anda yang tinggal di luar Jakarta bisa menghubungi penerbitnya langsung di Solo yakni Penerbit Pustaka Ridwana, JL. Slamet Riyadi 441, Telp (0271) 7909447.

 

Design by Amanda @ Blogger Buster